Cerpen - Perjalanan

Penulis : Siti Khodijah Rahma Yusman


Sore itu, Lyla sedang beraktifitas seperti biasa di rumahnya, ketika sebuah ucapan salam yang didengar nya membuatnya sedikit terkejut. Sosok dibalik ucapan salam tersebut adalah Dewi. Sahabat nya sejak kecil yang sudah cukup lama tidak berhubungan lagi dengan lyla.


“Assalamualaikum”


Lyla spontan membalas, “Wa 'alaikumussalam, maasya' Allah, apa kabar Dewi, sudah lama sekali tak ada kabar berita. Rasanya mungkin sudah 5 tahun kita nggak ketemu. Ayo masuk. Kita ngobrol-ngobrol di dalam aja ya”.


Ada sedikit kesan berbeda yang tampak pada Dewi di mata Lyla. Raut wajah nya seakan tak dapat menyembunyikan sebuah kesedihan dan terlihat agak kurang bersemangat. Ini sangat amat kontras dengan Dewi yang sebelumnya dikenal oleh Lyla. Dewi yang selalu bahagia, gembira dan ceria. Dewi yang selalu dapat memenuhi kebutuhan nya karena dia memang terlahir dari keluarga yang cukup berada.


Meskipun Lyla dan Dewi sudah lama tak bertemu, Lyla tetap menyambut kedatangan dewi dengan senyuman serta pelukan yang hangat. Bagaimanapun, dia adalah sahabat Lyla yang paling dekat nya sejak kecil. Tepatnya sejak masih taman kanak-kanak. Dalam setiap kesempatan, mereka selalu bermain bersama-sama.


Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam rumah dan Lyla segera bergegas ke dapur membuatkan minuman untuk Dewi. Sementara dewi menunggu di ruang tamu. Selang beberapa menit, Lyla datang dengan membawa es sirup dan beberapa camilan.


Lyla : "Minum dulu Dew, kamu pasti haus". Dewi tersenyum mengangguk lalu berkata, "Kamu semakin lama justru semakin cantik kalau aku perhatikan Lyl…". Lyla segera menyahut perkataan Dewi tersebut, "Ada ada saja kamu Dew, yang pasti, semakin bertambah usia, aku semakin tua… ". Mendengar kata-kata Lyla tersebut, seketika saja Dewi tertawa dan diikuti pula oleh gelak tawa Lyla, hingga akhirnya, sambil bernostalgia bersama, tawa keduanya sering kali terdengar setiap kali selesai berbicara.


Tak terasa, semakin asyik mereka berbincang-bincang berdua, waktu telah menunjukkan pukul 4:30 sore. Lyla mendadak teringat bahwa ia belum lagi melaksanakan ibadah sholat ashar. "Waktu nya sholat ashar Dew, yuk kita sholat dulu", ajak Lyla kepada Dewi. Mendengar ajakan tersebut, Dewi terlihat agak canggung, sambil berkata, "Emm anu… kamu duluan aja Lyla, nanti aku menyusul". Lyla menimpali jawaban Dewi tersebut dengan berkata,"emmmh baiklah kalau begitu Dew, aku sholat duluan ya". Sambil berjalan pelan ke belakang untuk berwudhu, di dalam fikirannya, Lyla kembali merasakan sedikit keanehan pada Dewi, di dalam hati ia berkata, "apa yang membuat Dewi begitu gugup saat aku mengajaknya sholat berjamaah?" Sesaat ingatannya pun melayang ke saat-saat masih belia dulu, bagaimana mereka selalu sholat bersama di langgar depan rumah Lyla. Baik saat sebelum mengaji bersama selepas isya ataupun di waktu-waktu sholat lainnya.


***


Setelah selesai sholat Ashar, Lyla menyiapkan mukena nya yang lain untuk Dewi sholat, berjaga jaga seandainya ia terburu-buru ketika berangkat kesini dan meninggalkan mukenanya di rumah.


Lyla kembali teringat masa remajanya bersama Dewi. Suatu ketika, Dewi menemuinya untuk sholat isya dan mengaji bersama. Pada saat itu, Lyla melihat Dewi mengenakan mukena yang sangat indah menurut Lyla. Ia ingin sekali memiliki mukena seperti yang di kenakan oleh Dewi. Akan tetapi, karena Ayah tak memiliki cukup uang untuk membelikan ia mukena baru seperti yang dimiliki Dewi, Lyla hanya bisa menangis di kamarnya karena keinginan nya tak terpenuhi.


Puncak kekecewaan Lyla adalah ketika Dewi mendapatkan hadiah ulang tahun nya yang ke 17 tahun dari orang tuanya. Sebuah Smartphone canggih yang berisikan aplikasi-aplikasi dengan berbagai fitur video dan musik online yang bagus dan lucu. Lyla ingin sekali memiliki nya juga. Tapi lagi-lagi, pekerjaan ayah Lyla yang hanyalah seorang guru ngaji di langgar depan rumah membuat harapan itu seakan-akan hanyalah mimpi belaka bagi Lyla. Karena kejadian itulah Lyla sempat bermaksud untuk tidak lagi mau bermain bersama Dewi, tidak ingin keluar dari kamar, tidak mau berkomunikasi dengan siapapun juga. Selain hanya mengurung diri di kamar.


Kenangan itu sejenak membuat Lyla tersenyum. Sekaligus membuatnya teringat pula akan perkataan ayahnya. Perkataan yang selama ini seakan merupakan misteri bagi Lyla. Sekiranya Dewi tak datang ke rumah nya hari ini, perkataan ayah itu mungkin juga akan tetap jadi misteri.


Setelah beberapa hari lamanya Lyla tak mau keluar dari kamar, dia juga sama sekali tak ingin ditemui oleh siapapun. Hingga akhirnya, suara ketukan di pintu kamar terdengar perlahan. Tak lama kemudian, ayah terlihat memasuki kamar dan kemudian duduk di pinggir tempat tidur di dekat Lyla.


"Gak usah seperti itu Lyla, itu tidak baik.. jika sudah ada rejeki, nanti ayah belikan yang bagus seperti kepunyaan Dewi. Hanya saja, Lyla harus menyadari, keterbatasan yang saat ini kamu alami, boleh jadi adalah sebuah kebaikan bagi kamu kelak. Sedangkan kelebihan yang kamu miliki, boleh jadi merupakan hal yang kurang baik bagi masa depan kamu. Percayalah, yakinilah hal itu. Mungkin nanti, suatu waktu, Dewi akan datang menemui kamu, meminta sesuatu darimu, sesuatu yang kamu miliki, sedangkan Dewi belum memilikinya.. Sebagai sebab dari kekurangan dan kelebihan yang kalian miliki saat ini."


Itulah kata-kata yang disampaikan oleh Ayah yang hingga kini masih menjadi pertanyaan bagi Lyla akan maksud dibaliknya.

***

Lyla kemudian kembali ke ruang tamu yang juga sekaligus merupakan ruang keluarga, dimana Dewi tampak lebih santai sambil menyaksikan sebuah acara di televisi. Sambil sesekali membuka layar handphone yang berada di genggaman nya, seakan-akan tengah mengharapkan ada hal yang baru yang dapat ditemui dari handphone mahal tersebut.


"Dew,,, Mau sholat sekarang? Atau kamu ingin makan dahulu? Apakah kamu sudah makan siang?" Tanya Lyla ke Dewi. Sambil merubah duduknya Dewi menjawab, "Aku belum ingin apa-apa Lyl, nanti aja yah. Aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu." "Soal apa Dew?", sahut Lyla, sambil mendekat untuk mengambil posisi duduk di samping Dewi.


Kemudian,, Dewi mulai berbicara secara terbuka pada Lyla tentang masalah-masalah dalam hidupnya yang dijalaninya selama ini. Termasuk tentang masalah-masalah pribadinya. Tentang bagaimana dia terjebak dalam kungkungan dan ketergantungan akan zat-zat terlarang seperti narkoba. Sambil sesekali terisak-isak, Dewi menumpahkan segala beban hidup yang menyiksa batin nya selama ini. Termasuk pula bagaimana kehidupan rumah tangganya dengan Mas Han yang tidak harmonis lagi karena perilaku Dewi yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik bagi Dewi. Lingkungan yang glamor dan cenderung melakukan hal-hal yang hanya bertujuan untuk melampiaskan keinginan sesaat belaka. Kebebasan semu yang menipu. Hal itu pula lah yang menyebabkan Mas Heru memutuskan untuk meninggalkan Dewi untuk saat ini, menjalani proses pisah ranjang sebagai rangkaian panjang sebuah proses perceraian.


"Rasanya aku sudah tak tahan lagi Lyl, mungkin lebih baik jika aku sudahi saja semua ini. Aku ingin mati saja rasanya", ujar Dewi dengan rasa putus asa di akhir ceritanya. Mendengar hal itu, Lyla yang sedang merasakan pula kesedihan yang di alami Dewi, seketika terkejut. Ini hal yang tak disangka olehnya. Bagaimana mungkin Dewi bisa mengucapkan kata-kata penuh keputus asaan seperti itu. Alangkah sempitnya fikirin dan akal sehat Dewi saat ini akibat dari himpitan dan tekanan dari seluruh masalah dalam hidupnya saat ini. Dan hal ini pula yang membuat Lyla tersadar bahwa ia harus berbuat sesuatu untuk Dewi. Mengembalikan semangat hidupnya, memulai kembali kisah dan lembaran hidup yang lebih baik, lebih bergairah dan memiliki makna.


Lyla mengajak Dewi untuk tinggal di rumahnya yang berada di lingkungan pondok pesantren yang dikelola suaminya. Melibatkan nya dalam berbagai kegiatan positif di lingkungan pondok. Hari-hari selanjutnya, Dewi juga mendapatkan pengobatan khusus untuk bisa meninggalkan ketergantungannya akan obat-obatan terlarang. Pada awalnya, ini cukup sulit,,, sesekali bahkan Dewi sempat kehilangan kesadaran dan berusaha lari dari lingkungan pondok pesantren akibat dari pengaruh narkoba di waktu waktu sebelumnya. Akan tetapi, dengan penuh kesabaran, Lyla tetap berusaha menjaga dan merawat Dewi agar dapat sembuh dan lepas dari persoalan itu. Pondok pesantren yang dikelola oleh suaminya memang khusus menangani para remaja-remaja yang ingin melepaskan diri dari masalah yang sama, narkoba.


Akhirnya, dengan segala upaya yang dilakukan oleh Lyla, Dewi dapat lepas dari masalah tersebut. Dan menemukan kembali semangat hidupnya. Lebih ceria dan bersemangat. Sore itu Dewi dan Lyla sedang santai berbincang bincang di teras rumah ketika di kejauhan, dari arah pintu gerbang Pondok Pesantren, tampak sebuah mobil memasuki pekarangan pesantren. Tak lama kemudian, pengemudinya pun keluar dari dalam mobil. Tampak pada raut wajah Dewi sebuah kegembiraan, tatkala mengetahui bahwa tamu yang datang dengan mobil tersebut adalah Mas Heru, suaminya, dan anak-anak. Rupanya selama ini ada komunikasi antara Lyla dan Mas Heru mengenai perkembangan kondisi Dewi. Dan hari ini, Mas Heru bermaksud untuk menjemput Dewi untuk kembali bersama dan pulang ke rumah mereka. Setelah berbincang-bincang sesaat dan mengemasi semua barang dan pakaiannya, Dewi berpamitan dengan Lyla. Dipeluknya Lyla sangat erat, dengan tak kuasa menahan tangis bahagia. Sejenak kemudian, rombongan kecil itu pun meninggalkan lingkungan pondok pesantren meninggalkan Lyla dan suaminya. Sungguh sebuah awal baru yang bahagia. Sungguh bahagia, bukan hanya untuk Dewi, rasa bahagia itu pun turut dirasakan oleh Lyla. Membuat nya lupa akan makna dari kata-kata sang ayah. Membuat nya tak menyadari, bahwa ia baru saja menyelesaikan sesuatu yang pernah di ucapkan oleh Ayah.


Sekian.

Popular posts from this blog

ცᥲცყ ᥲ font generator

Bahan List Rp | 4

Font Cuping Baby

Koleksi Symbol Aesthetic

Font Cuping Generator